Sabtu, 14 November 2015

Teruntuk kau, Pemilik Senyum yang Meneduhkan Hati

Mungkin untuk sebagian orang, menyatakan perasaan akan lebih melegakan dari pada memendamnya. Namun bagiku sebaliknya, aku benar-benar menikmati setiap prosesnya. Memendam perasaan memiliki seni tersendiri. Memandangnya dari kejauhan, melihat senyum teduhnya yang selalu melegakan hati. Aku selalu menyukai kala ia tersenyum. Ya, senyuman  dari ia yang selalu aku rindukan. Apa mungkin aku mengaguminya hanya karena senyumnya? Atau mungkin karena kerendahan hatinya? Ahh, kurasa tidak. Entah mengapa, aku menyukai segala sesuatu yang ada pada dirinya. Memendam perasaan memang bukan hanya perkara senangnya saja, bahkan mungkin rasa sakit jauh lebih mendominasi. Sakit ketika melihatnya tertawa namun bukan aku penyebab ia tertawa, sakit ketika melihatnya dengan yang lain namun tak bisa berbuat apa-apa, dan berbagai macam rasa sakit lainnya. Namun, apalah arti rasa sakit ini ketika melihat senyum indah itu, senyuman dari seseorang yang ku nilai bagitu baik hati, santun dan rendah hati. Senyuman seseorang yang selalu menghiasi siang dan malam. Seseorang yang chat-nya selalu ku tunggu-tunggu untuk segera  muncul di layar handpone, seseorang yang ada dalam pikiran ketika akan memejamkan mata, seseorang yang pertama kali muncul dalam pikiran ketika bangun tidur, seseorang yang membuatku begitu bersemangat untuk menjalani hari.  Rasa sakit itu seolah sirna oleh senyuman manis dari wajah indahmu. Walaupun terkadang rasa lelah itu hadir, lelah akan mengharapkanmu, lelah menunggumu. Namun, semua itu rasanya tak mampu memudarkan rasa ini untukmu, pemilik senyum teduh :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar